Sedikitpun tak pernah terlintas dalam pikiran akan meninggalkan rumah tempat kelahiranku ini. Meski sudah kutinggalkan melanglang sejak lulus Sekolah Dasar namun tempat kembaliku ya rumah ini.
Disini kami merajut mimpi masa depan. Karena Emak sudah menghibahkan rumah ini atas namaku dengan pesetujuan kakak-kakakku. Rumah ini menjadi tempat kumenetap di usia awal pernikahan. Sempat melakukan renovasi di belakang rumah ini, dijadikan kolam ikan dengan alas tegel. Sedikit kebun menambah keasrian rumah ini.
Namun kini setelah Emak menyusul Bapak, akupun mengikuti kemana suamiku pergi. Sebelas tahun sudah rumah ini kutinggalkan tanpa perbaikan sama-sekali. Bahkan terakhir kumengunjungi kakak untuk takjiyah pun sepertinya rumah ini sudah kelihatan mau ambruk.
Ada rasa sedih tak terperi melihat kondisinya yang tidak terurus. Semoga suatu saat nanti kubisa lagi membangun rumah tersebut menjadi lebih baik lagi.
Mimpi
Kalau ditanya mimpi dan cita-cita, disana kuingin membangun sebuah yayasan. Yayasan Bani Al-Amin adalah nama yang ku panjatkan dalam doa-doaku. Yayasan yang bisa memberi kebermanfaatan buat diri, keluarga dan lingkungan.
Dari nama tersebut teruntai doa untuk kebaikan Emak dan Bapak. Semoga keduanya berada dalam limpahan Rahmat Allah SWT, mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya.
Sedikit yang kusesali dari cerita rumah ini adalah aku belum bisa merenovasinya lebih cepat. Teringat lagi kakak pertama yang memiliki jadwal rutinan di kampung sangat mengharapkan rumah ini bisa di renovasi. Tujuannya supaya ada tempat persinggahan istrahat ketika beliau memiliki jadwal rutinan. Namun kini beliau pun sudah tiada. Selang dua hari kakak ketiga menyusul berpulang kerahmatullah. Padahal beliau juga yang sangat memperhatikan lahan tersebut, karena sangat berdekatan dengan rumah tempat tinggalnya.
Allaahummaghfirlahum warhamhum wa 'afiihim wa'fu 'anhum... aamiin yra.
Semangatku semakin menjadi-jadi ketika kembali menemukan foto ini. Semoga disegerakan untuk bisa menjadikannya lahan kebermanfaatan.
Rumah Belajar
Rumah belajar merupakan pusat mencoba ilmu. Disini akan kuimpikan pusat pembelajaran sebagai bekal menyongsong masa depan. Masa depan dengan kehidupan berkualitas juga bersiap menghadapi kehidupan yang abadi dengan penuh kedamaian.
Pusat pembelajaran agama, pertanian, ekonomi dan bisnis, manajemen, bahasa dan banyak hal lainnya.
Rumah Berkarya
Rumah sebagai pusat produksi. Baik itu produk fisik maupun digital.
Deretan laptop, jaringan internet dan sumber daya berkualitas adalah harapan kedepannya.
Menjadikannya ruang produktif dengan pemberdayaan masyarakat sekitar. Sehingga bisa meningkatkan kualitas pengetahuan dan kemapanan warga sekitar.
Rumah Berdaya
Awal bermimpi sempat kugoreskan gambaran sebuah gedung menjulang dengan aktivitas anak-anak sedang mengaji. Namun kini harapanku lebih luas, ingin menjadikan rumah ini sebagai rumah berdaya. Sebagai pusat peradaban dan perekonomian yang menebar kebermanfaatan.
Tanpa menggeser aktivitas diperkampungan sebagai penghasil pertanian, ingin rasanya memberdayakan para pemuda untuk lebih kreatif dan mandiri.
***
Meski kini baru sebatas mimpi, namun aku akan terus menyertakannya dalam untaian doa dan harapan yang tak pernah putus.
Karena kuyakini maksud baik akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Teringat akan petuah guru, mengutip dari seorang ulama besar Mesir yang sangat kita kenal yaitu Hasan Al-Banna :
"Kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin dan mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari."
Dan prosesnya kita akan belajar dari pelajaran yang kita ambil dari kenyataan yang kita hadapi.
Jaga mimpimu tetap hidup. Pahamilah, bahwa untuk mencapai apapun membutuhkan keyakinan, percaya diri, visi, kerja keras, tekad dan dedikasi. Ingat segala sesuatu mungkin bagi orang yang yakin. - Gail Devers
0 komentar:
Posting Komentar