Memaknai Idul Qurban

Leave a Comment


"Selamat berkurban, selamat melepaskan rasa kepemilikan."

 

Setiap kita adalah Ibrahim. Keluarga, jabatan, kekayaan yang kita miliki adalah Ismail yang kita cintai, sayangi dan pertahankan.

Allah SWT tak menyuruh nabi Ibrahim untuk membunuh Ismail,tapi Allah SWT hanya meminta untuk membunuh rasa "memiliki" Ismail, karena hakikatnya semua adalah milik Allah SWT. 

Semoga Allah SWT menganugerahkan kita kesalihan Ibrahim dan keikhlasan Ismail.

Sekilas ku temukan di beranda media sosialku. Sejenak ku termenung mencoba menela'ah makna dari kata perkata. Lalu akupun mengangguk setuju bahwa hakikat berkurban adalah melepaskan diri dari rasa kepemilikan, karena pemilik sesungguhnya hanyalah Allah SWT.

Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berqurbanlah." QS. Al-Kautsar : 1-2 

Sekali lagi kita diingatkan bahwasannya di dalam nikmat yang kita terima terdapat hak orang lain. Sebagai rasa kesyukuran kita, maka selayaknyalah kita menjadi ahli syukur dengan mendirikan shalat penuh dengan kesadaran juga berqurban untuk melepaskan rasa kepemilikan menumbuhkan rasa segala yang kita miliki adalah milik Allah SWT. 

"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu."  QS. Al-Hajj Ayat 37 

Maksud daripadanya bukanlah hanya menyembelih semata, dan lagi daging dan darahnya sedikit pun tidak akan sampai kepada Allah, karena Dia Mahakaya lagi Maha Terpuji. 

Maksudnya amal saleh yang ikhlas karena-Nya dan di atas iman. Dalam ayat ini terdapat dorongan untuk berbuat ikhlas, baik dalam ibadah kurban maupun dalam ibadah lainnya, bukan untuk berbangga, riya atau karena kebiasaan. 

Semua ibadah yang tidak disertai keikhlasan seperti jasad tanpa ruh. Seperti menunjukkan kepada kita syi’ar-syi’ar agama-Nya dan manasik hajinya, serta menunjukkan kepada kita hal-hal lain yang di sana terdapat kebaikan bagi kita. Yaitu mereka yang beribadah seakan-akan melihat-Nya atau merasakan pengawasan dari-Nya dan orang-orang yang berbuat baik kepada hamba-hamba Allah dengan berbagai macamnya, seperti memberikan manfaat harta, ilmu, kedudukan, saran, amar ma’ruf dan nahi munkar, ucapan yang baik, dan sebagainya. 

Orang-orang yang berbuat ihsan akan mendapatkan kabar gembira dari Allah dengan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan Allah akan berbuat ihsan kepada mereka sebagaimana mereka berbuat ihsan dalam ibadah-Nya dan kepada hamba-hamba-Nya, dan bukankah balasan terhadap kebaikan adalah kebaikan pula?

Referensi: klik di sini

Memang tidak mudah kita bisa melepaskan rasa kepemilikan kepada suatu hal yang membuat kita nyaman. Namun untuk kebaikan dan kebermanfaatan diri maka kita pun harus mampu melatih diri menjadi jiwa yang menerima. Supaya kita bisa bergerak lebih leluasa dan menemukan arti kehidupan yang syarat akan makna.


Untuk melatih penerimaan diri dan perkembangan jiwa, kita selalu terapkan dalam diri :

"Menerima segala sesuatu yang tidak kita inginkan."

Sedangkan untuk mencapai kesyukuran kita bisa melatih filosofi kata terima kasih :

"Apapun yang kita terima maka ada hak orang lain yang harus kita kasihkan." 

Dan ini tidak hanya sebatas nominal rupiah, namun berlaku secara luas untuk setiap rezeki yang kita terima. 

 


 

0 komentar:

Posting Komentar