Aa adalah anak kedua. Kehadirannya adalah anugerah tak terhingga. Hadirnya bertepatan dengan usia Abangnya yang baru 20 bulan. Sangat membantu memudahkan mamaknya untuk menyapih Abang. Karena tanpa effort yang seperti di ceritakan orang-orang tentang susahnya menyapih. Selain ikhtiar merubah kebiasaan tanpa trauma, tiba-tiba Abang minta berhenti mengASI dengan alasan sudah tidak enak lagi.
Saat melahirkannya pun luar biasa. Hanya memberikan rasa sakit saat beberapa jam akan keluar. Namun, sejak kecil sudah banyak berkorban untuk kami kedua orang tuanya. Karena dipaksa disapih mengaASI ketika lulus ASIF. Formula pun menjadi alternatif asupan makanannya. Tumbuh menjadi anak yang sehat dengan berat badan yang gemoy. Sesekali sempat sakit dan selalu mendapatkan pengobatan dokter anak.
Usia satu tahun kami bersama lagi, namun kurang menyadari dengan perkembangannya. Badan sehat dan luar biasa aktif, ternyata tidak dengan perkembangan bicaranya. Yang mengkhawatirkannya justru Kakek dan Neneknya, sampai meminta kami untuk memeriksakannnya secara intensif ke dokter spesialis. Namun kami sebagai orang tuanya masih menganggap hal tersebut adalah biasa. Karena saya berfikir, mungkin hal tersebut sebagai demo kepada mamaknya yang sudah tega melepaskan hak ASInya tidak sesuai usianya.
Namun tetap, kami pun mencoba berikhtiar memeriksakan perkembangannya. Dengan membawanya ke dokter spesialis. Karena pada saat itu, jarak menuju dokter spesialis harus melewati gerbang tol. Ketika kondisi tol macet total kami pun memutuskan untuk putar balik dan menunda pemeriksaan. Dan kejadian luar biasa justru setelah niat berangkat dan akhirnya tidak jadi menemui dokter spesialis. Justru Aa mau dan mampu berbicara seperti anak-anak sesuai usianya.
Tahun ajaran baru kami daftarkan Aa ke PAUD yang dekat dari rumah. Tidak ada kendala berarti saat belajar bersama teman-temannya. Bahkan Aa tumbuh menjadi anak yang cerdas yang memiliki kemampuan akademik luar biasa. Ketika Aa TK kondisi kami sedang nomaden, akhirnya dipindahkan ke kota asal. Di TK pun alhamdulillaah bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan berprestasi.
Dengan usia yang masih sangat muda, kami mencoba mendaftarkannya ke SD. Ini karena pertimbangan biar jeda sama Abangnya tidak terlalu jauh. Kini 5 tahun sudah Aa sekolah di SD. Perkembangannya semakin pesat, meski terkadang mamak mengkhawatirkannya. Namun harus tetap ikhlas dan ridha dengan apa yang menjadi pilihannya dan senantiasa selalu ada untuk mendampinginya.
Setiap anak adalah unik. Keunikan anak yang satu dan lainnya makin kentara. Meski sama-sama suka matematika tapi tetap mereka punya keunikan tersendiri dalam menyikapi sesuatu.
Hadirnya pandemik semakin memperjelas temuan keunikan setiap anak. Berat memang menjadi anak dengan memiliki cara belajar visual ketika harus menghadapi PJJ seperti sekarang. Lebih tepatnya visual yang tidak suka nonton video pembelajaran. hihihi.... Setelah di evaluasi, kok hanya matematika saja yang kelihatannya berkembang.
Dengan kondisi seperti ini, jiwa kepo mamak meronta. Ada apa sebenarnya dengan kondisi anakku saat ini. Akhirnya mamak tantangin extra miles. Mencoba sejauh mana perkembangan belajarnya selama mengikuti PJJ dengan menawarkannya mengikuti olimpiade Ganesha Operation. Menolak, ya itu hal yang dilakukannya. Namun bukan mamak kalo menuruti penolakan anak ketika merasakan penurunan semangat belajarnya. Mencoba merayu lagi, bisa pasti bisa, kalau ngga bisa ngisi tidak apa-apa. Begitu kira-kira rayuan mamak. Dan pertahanan anakpun biasanya akan goyah. hahaha...
Hari H sudah bersiap depan laptop. Buka link soal, bukan ngisi biodata malah langsung scrolling melihat berapa soal yang akan dikerjakan. Tiba-tiba...
"Yes cuman 50 soal." teriaknya
"Emang kenapa?" Mamak tanya
"Dulu kan 100 soal, lama ngerjain matematika jadi sisanya ngarang." tambahnya
"Hahahaha ternyata buah tak jauh dari pohonnya." dalam hati
Selanjutnya semangat mengerjakan satu persatu soal yang ada di layar kaca, sambil sesekali nglirik mamaknya yang ngintip-ngintip.
Tiba saat pengumuman, mamak semangat sekali mau menghadiri zoominarnya. Dan taraaaaa... nama anakku ada di peringkat 5. Alhamdulillaah... Berarti sudah salah menduga. Dalam diamnya anakku ternyata belajar, bukan main-main saja.
Extra miles selanjutnya ketika mendapatkan pengumuman kegiatan Munaqosyah Angkatan 1. Mamak tanya lagi, mau terima tantangan lagi nggak. Menolak lagi dong, mamak tetap dengan jurus rayuan maut. Akhirnya mau mengikuti dengan melalui proses memprioritaskan waktu untuk mau muroja'ah setiap hari.
Hari ini adalah hari ujiannya. Mamak hanya mengantarnya sampai pintu saja. Ikhtiar sudah maksimal, coba lebih tenang... in syaa Allaah lancar... hanya itu doa yang mengantarkannya untuk mengikuti munaqosyah secara offline pilihannya sendiri.
Alhamdulillaah... pulang dengan semringah dan cerita banyak hal. Inilah yang mamak inginkan.
"Apapun yang kamu bahagia melakukannya, lakukanlah! jangan pernah takut untuk bahagia..."
Bahagiamu adalah kebahagian kami sebagai orang tuamu...
Terima kasih sudah menjadi bagian dari sumber kebahagiaan kami..
0 komentar:
Posting Komentar