"Sekolah bukan sedang pindah ke rumah, akan tetapi sekolah saat ini sedang dikembalikan ke tempat asalnya dia berada" -Ustadz Abu Salma Muhammad
Harapku cukup dua tahun saja pandemi ini melanda. Menikmati perubahan yang begitu cepat bukan tanpa usaha. Menginjak tahun ketiga tantangan semakin luar biasa, karena kini siswa daring bukan lagi dua. Di rumah ada 3 siswa dengan pembelajaran jarak jauh. Selain menyiapkan gadget, kuota pun menjadi santapan rutin untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Yang harus kita lakukan untuk pembelajaran jarak jauh adalah menerima bahwa saat ini kita sedang dalam kondisi pandemi. Kita harus melakukan pembelajaran jarak jauh. Kita harus menjadi guru bagi anak-anak kita di rumah. Karena inilah seharusnya. "Al-ummu madrosatul uula" Ibu itu sekolah pertama bagi anak-anaknya. Pendidikan yang paling baik adalah pendidikan berbasis fitrah yang dimulai dari rumah.
Flasback awal-awal pandemik saya adalah orang tua yang riweuh. Namun, bukan lagi yang berorientasi nilai. Kemandirian yang sudah saya latihkan pada anak sulung buahnya sangat terasa. Saat genting seperti sekarang, ketika diharuskan fokus pada salah-satu anak. Awal pandemik masih bersemangat, karena ini merupakan sesuatu yang baru. Namun, tidak berlangsung lama, karena ternyata gaya belajarnya sedikit tidak sesuai dengan sistem pembelajaran daring. Tidak memaksakan, namun tetap mengingatkan bahwa inilah episode yang harus kita jalani.
Sejak awal kita sudah membuat kesepakatan. Waktunya daring tidak boleh bermain keluar rumah. Pun tidak diperkenankan bermain game. Boleh bermain setelah jam belajar selesai. Namun kenyataannya tak semudah dibayangkan. Karena ternyata anak yang kinestetik sedikit kesulitan menangkap pembelajaran dari audio-visual. Kita tetap berbesar hati, jalani saja dulu jangan memikirkan hasil. Tidak merasa terbebani dengaan tugas-tugas PJJ saja sudah prestasi yang luar biasa.
Perjalanan PJJ berjalan normal, meski kadang masih ditemukan tugas yang belum dikerjakan sampai harus mengingatkan terus. Tugas hari ini tidak selsesai tak apa, asalkan dalam seminggu sudah tuntas. Alhamdulillah sudah bisa berjalan. Dan sebagai fasilitator tidak boleh lengah, harus tetap cek ricek Google Clasroom untuk memastikan Tugas-tugas satu pekan sudah tuntas.
Kini memasuki tahun ketiga, bertambah satu siswa dengan jenjang Taman Kanak-kanak. Tahun kemarin maju-mundur mau mendaftakan sekolah karena masih daring. Tahun ini mengupayakan memasukan bungsu kami masuk Taman Kanak-kanak untuk persiapan tahun depan masuk ke Sekolah Dasar.
Pun tahun ini masih dengan daring. Awalnya belum terbayangkan daring anak TK akan seperti apa. Karena belum berjalan sepekan, masih belum bisa menyimpulkan. Namun secara keseluruhan, anak masih semangat ketika mengikuti video call pembelajaran dan dibaca iqra. Juga terlihat senang ketika pembelajaran melalui google meet. Namun kendala justru ada pada jaringan yang terkadang suara Ibu guru tidak jelas bahkan sampai ngfrezze dari saluran.
Di era pandemi ini peran Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anak sedang diuji kompetensinya. Untuk menyejajarkan pendidikan maka para Ibu harus bersiap dengan perubahan dan senantiasa memupuk semangat untuk belajar.
Terima kasih anak-anakku atas
keridoanmu menjalani proses ini. Terima kasih para guru yang yang telah bersabar mendampingi anak-anak daring. Terima kasih wahai diri yang mau bersabar dan berupaya untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak
0 komentar:
Posting Komentar