Sampailah kami di plang post 1 penjagaan. Kami mendapati sepasang suami istri di sebuah rumah panggung. Menyediakan makanan sebagai jajanan bagi para pendaki. Namun pada saat berangkat kami merasa belum merasakan lapar. Kami melanjutkan dulu perjalanan menuju air terjun.
Di tengah perjalanan kami mendapati pos penjagaan. Kemudian menyusuri jalan menanjak kembali. Mulai terdengar gemericik air sungai. Taraaa... aliran sungai pun kami dapati, sejenak menyempatkan buat mencuci muka karena lelahnya perjalanan yang kami lalui. Namun ini baru alirannya, kami belum menemukan tanda-tanda air terjunnya.
Kami melanjutkan perjalanan dengan melalui tebing yang terjal dengan bebatuan. Tanda panah berwarna kuning sebagai penunjuk jalan kami temukan. Kami menaiki tangga demi tangga dengan penuh kehati-hatian. Karena lengah sedikit bisa berakibat fatal.
Semakin keatas terasa semakin menjauh. Namun qadarullah 3 anak yang sudah menunjukkan jalan tadi bermunculan dari bebatuan.
"Kadieu pak, sanes kadinya"
"Owalah nyasar lagi "
Akhirnya kami balik turun lagi, karena tempat anak-anak itu muncul lumayan jauh. Terasa semakin sulit saat kami harus menuruni tangga bebatuan. Kami pun mengikuti petunjuk dari anak-anak tadi. Benar saja setelah melewati jalan bebatuan sempit yang di bawahnya jurang kami melihat keindahan air terjun yang menjadi tujuan kami.
Akan-anak sudah antusias buka sepatu dan baju tanpa membuka celana. Karena kami. kesini berniat jalan-jalan saja. Namun ayahnya sudah bilang dari awal, kita berenang dengan baju yang dipakai. Pengalamannya di masa kecil, sepulang dari air terjun sampai di rumah baju sudah kering. Itulah yang kami lakukan mengikuti gurau ayahnya. Berenang sepuasnya, berasa punya sendiri karena belum ada pengunjung lain yang datang.
Saatnya nyurug, dengan mengguyur badan dengan air. Tengkurap diatas aliran air. Disini kami habiskan waktu sampai puas. Berfoto pun kami lakukan dengna berbagai gaya. Dari sisi manapun tetap eksotis. Tak terasa waktu cepat berjalan, namun anak-anak sudah menggigil kedinginan. Akhirnya kami pun menyelesaikan renangnya, kemudian berfoto sepuasnya.
Kami kembali dengan sangat bahagia. Meskipun dengan baju basah dan menggigil tetap senang. Kita lanjutkan perjalanan menuju tempat kembali.
Suasana kembali dengan situasi menurun membangun kembali pola perjalanan kami. Jarak yang kami tempuh pun terasa lebih dekat.
Rumah panggung yang berdekatan dengan petunjuk post 1 kami lewati. Sebentar kami menawarkan anak-anak untuk sarapan terlebih dahulu. Benar saja rupanya dingin telah membuat kami semangat untuk meminum air hangat dan mencicipi makanan yang dijajakann. Anak-anak saling mengingatkan untuk tidak berlebihan dalam mengambil gorengan dan leupeut khusunya. Sambil sesekali bercerita ketika kondisi normal dari Bapak pemilik warung tersebut.
Tepat di post 1 merupakan titian paling puncak. Terdapat tiang dengan bendera yang selalu berkibar. Sulung saya sempat meminta berfoto di tempat menangkapnya tiang bendera tersebut.
Kita akan melanjutkan petualangan untuk kembali. Menurun ternyata lebih menantang, karena effort menjadikan badan sebagai tumpuan semakin besar. Saat kami turun, barulah kami berpapasan dengan rombongan pendaki seperti kelurga besar. Betul kata Bapak dan ibu pemilik rumah panggung tersebut, kondisi ramai itu mulai dari jam 10.00. Sementara perjalanan kami mulai selepas subuh dan sampai di air terjun kurang dari jam 09.00.
Next==>
0 komentar:
Posting Komentar