Binar Mendaki #3

Leave a Comment


Kami memulai lagi petualangan menuruni anak tangga yang hanya berupa sengkedan batu dan bambu. Harus pelan-pelan melaluinya karena jika lengah sedikit bisa berakibat fatal. Menunggu sementara waktu untuk turun karena dari arah bawah ada serombongan keluarga besar sedang naik menuju kami yang berada di atas. Bismillaah... selesai semua rombongan sampai di atas kami pun bergegas untuk menuruni anak tangga.

Di sepanjang jalan ayahnya anak-anak selalu mengingatkan untuk menikmati langkah-demi langkah perjalanan. Maksudnya supaya kami dapat menjiwai bahwa alam sekitar adalah juga makhluk ciptaan-Nya. Benar adanya, ketika kami menyadarai bahwa perjalanan yang kami lakukan adalah untuk mensyukuri ciptaan-Nya. Langkah semakin ringan, kelelahan berubah menjadi kebahagiaan. 

Menyusuri jalanan yang pernah kami lewati saat berangkat bukan tanpa tantangan. Justru semakin menantang. Sempat beberapa kali hampir terperosok karena jalan yang kami lalui berupa tanah yang gembur. Tiba di tanjakan yang sempat menantang saat berangkat terasa semakin ringan karena yang diperlukan upaya untuk menarik dan mendorong saja. Sampai di tempat yang areanya berupa tanah kering kami berpapasan dengan serombongan kelompok senam lansia. Mengira seperti itu karena anggotanya kebanyakan Bapak dn Ibu usia jelita. Masyaa Allaah semangatnya luar biasa.

Bertemu dengan rombongan para Ibu lansia bahagia, membuat semangat kembali memuda. Tadinya sudah terasa lelah sangat, menjadi berkobar kembali. Namun tetap turunan terjal perlu effort ekstra untuk berhati-hati. Sampai sempat menemukan galah bambu yang tergeletak kami ambil untuk dijadikan tongkat tumpuan. Sangat bermanfaat sekali untuk kami bisa sampai ke tempat yang lebih aman.

Kembali sampai ke titik pos pemeriksaan. Kami mencoba memperhatikan sekitar. Masih kami temukan seekor kera, meski terihat ada di atas pepohonan di balik dedaunan.

Melanjutkan perjalanan ke lorong jalan. Yang sisi-sisinya rimbun dengan pepohonan aneka bunga liar dan rerumputan. Sulungku sangat senang mengabadikan keindahannya. Sambil mempraktekkan teknik foto bokeh sederhana. 

Sepanjang perjalanan ini kami bertemu dengan rombongan 3 orang yang salah-satunya mengendarai sepeda gunung. Meski dalam hati bertanya, ko bawa sepeda padahal kondisi jalan rasanya tak akan mungkin bisa dilewati dengan kendaraan sepeda. Namun mungkin sama halnya dengan kami, perjalanan yang dilakukan adalah kebahagiaan. 

Sampailah kami di rumah kayu. Bertemu lagi dengan Ibu penjaganya dan menyapa kami. Syukur tak terhingga bisa kembali dengan selamat. Menapaki perjalanan kembali karena turunan masih hadapan. Namun lain pagi lain siang hari. Pemandangan pun sangat berbeda. 

Siang ini kami menemukan Burung Elang yang sedang terbang melanglang di angkasa. Kebun pisang yang sedang berbuah pun tak luput dari jepretan anak sulung kami.

Terakhir yang kami lewati adalah hamparan ilalang, meski sedikit mengering karena kemarau juga menyempit karena sebagian besar sudah tergerus galian pasir.

Ah berapa indahnya alam ini jika bisa tetap lestari seperti dahulu. Dipelihara dengan bijaksana. Karena Kami meyakini apa yang kita panen pasti kita tuai. Semoga alam ini tetap ramah dan tetap memberikan manfaat untuk manusia yang ada disekitarnya. Meski lihat keserakahan sudah sangat terasa dengan berkurangnya cadangan air ketika kemarau tiba.

Alhamdulillaah sampai juga di kaki Gunung. Kami mendapati pasar tumpah yang sangat meriah. Aneka jajanan, pakaian, mainan dan lain-lain lengkap. Bahkan anak-anak sempat membeli makanan kekinian. 

Semoga perjalanan ini banyak memberikan hikmah dan pelajaran bagi kami. Semakin meningkatkan bounding keluarga kami dan yang paling utama meningkatkan rasa kesyukuran kami sebagai doa terbaik.

Sampai jumpa di perjalanan berikutnya

Saung Binarassa,
Agustus 2021





 

0 komentar:

Posting Komentar