Mengenang Cinta Pertama

Leave a Comment


Hari pertama di bulan Agustus menulis yang sepertinya akan sedikit panjang. Selama ini baru melalui tulisan-tulisan pendek sebatas status-status media sosial. Padahal berjuta cerita ada di bulan ini.


Yupz, entah mungkin karena bulan ini tepat sebagai hari kelahiranku atau karena adanya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Sehingga aku merasakan sesuatu yang beda ketika Agustus tiba. Bawaannya selalu bahagia, meski duka menerpa hanya sebagai selingan dalam kehidupan yang tak banyak berpengaruh kepada kehidupanku.


Tepat 39 tahun lalu aku dilahirkan dari seorang Ibu luar biasa yang kupanggil emak ditemani Bapak yang penuh kasih sayang. Keduanya benar-benar suka cita menyambut kehadiranku, karena akulah anak yang bertahun-tahun ditunggu. 


Aku adalah anak kelima dari lima bersaudara yang ada. Karena dari cerita mereka masih ada dua kakakku yang sudah pulang terlebih dahulu. Satu laki-laki dan satu perempuan. Keempat kakakku semuanya laki-laki dan jarak usia ke kakak terdekatku adalah 10 tahun. Kenyataan inilah yang membuat aku percaya diri merupakan anak yang dinanti-nantikan. Namun aku merasa tidak di istimewakan, semuanya sama bahkan selepas lulus Sekolah Dasar aku langsung ditawari untuk masuk pesantren. Itu artinya hakku untuk mendapatkan pendidikan sama seperti halnya kakak-kakakku mendapatkannya. 


Sempat merenungi apa yang sedang kedua orang tuaku siapkan dengan memondokkan ku ke ujung barat Bandung. Pun disaat aku meminta pertimbangan untuk mencoba masuk SPK, Bapak memberikan harapan aku bisa menuntaskan kepesantrenan. Alhamdulillaah... Aku bisa bertahan selama 6 tahun. 


Ketika kumeminta arahan untuk kuliah di luar Bandung, Bapak memberikan arahan untukku mencari ilmu di tempat terdekat dan terjangkau. Maka pilihanku jatuh di kota Bandung. Qadarullaah... Bandung juga yang mendekatkan aku untuk membersamai hampir selama sebulan terakhir bersama Bapak dan Emak. Aku dan Emak membersamai Bapak yang sedang dalam ikhtiar kesembuhan penyakitnya di RSHS. Sebulan lamanya aku membersamai hari-hari terakhirnya. Karena di RSHS inilah Bapak berpulang setelah dilakukan tindakan operasi pengangkatan batu ginjal. Sempat melewati masa-masa kritis, namun sempat juga melewati masa dimana seperti bugar dan kita meyakini akan pulang kembali berkumpul dengan keluarga. Namun, takdir berkata lain Bapak berpulang setelah melewati masa-masa itu. 


Tuntas sudah tugas muliamu. Berpulang setelah beberapa hari menerima SK purna bakti sebagai pegawai negeri. Berpulang dengan tenang setelah berkali-kali menjatuhkan tasbih ketika sedang berdzikir. Berpulang setelah sebelumnya minta dibersihkan kuku-kukunya. 


Allaahummaghfirlahu warhamhu wa'afiihi wa'fu 'anhu... Semoga mendapatkan tempat terbaik disisi Allaah SWT... Allaahumma aamiin... 


Kini kucoba merenungi dan semakin menyadari bahwa tempaan yang aku terima supaya aku lebih siap menghadapi kejadian dihadapan. Mungkin jika aku tidak dilepaskan untuk mondok, apa aku akan sanggup menjalani kenyataan harus kehilangan Bapak di usia baru menginjak bangku kuliah. 


Terima kasih Bapak atas kasih dan sayang yang tak terhingga. Terima kasih untuk pendidikan berazas suri tauladan yang luar biasa berdampak besar untuk ketangguhanku kini. Terima kasih untuk kenangan-kenangan indah masa keciku yang luar biasa. Terima kasih untuk segalanya... Semoga tempat terbaik senantiasa menjadi tempat terbaikmu.

0 komentar:

Posting Komentar