Featured Posts

Jalan Letjen Ibrahim Adjie


Tahun ajaran 2023-2024 merupakan tahun keberagaman di keluarga. Sulung dengan fase Sekolah Menengah Atas, tengah dengan fase Sekolah Menengah Pertama dan bungsu dengan fase Sekolah Dasar.

Yeayy Tiga bintang dengan seragam berbeda, tentu dengan sifat berbeda pula. Yang tetap sama hanya satu, tetap sayang dengan Orang Tuanya. Aamiin...


Bukan hal mudah menapaki perjalanan ini, karena dalam kondisi pemulihan ekonomi. Yupz serangan PPKM pasca pandemik, meluluh lantakkan benteng pertahanan perekonomian keluarga. Maka perlu strategi jitu untuk bisa bertahan sampai bisa tetap mampu memberikan yang terbaik untuk anak-anak.


Jangan tanyakan "Apakah ngga punya tabungan?". Untuk sekadar bertahan bisa makan saja sudah sangat kami syukuri. Tentu dengan proritas memenuhi amanah yang selalu kami upayakan untuk bisa tepat waktu.


Ketika ada pernyataaan "Makanya jangan berhutang." Terima kasih atas masukannya, tentu hal tersebut lumrah terungkapkan. Dan barangkali akan terserap langsung oleh orang yang memiliki penghasilan tetap dan tidak banyak kebutuhan. Sedangkan bagi kami, berhutang menjadi ikhtiar supaya bisa bertahan. Kalaupun ada kesalahan dalam prosesnya, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kami.


Teruntuk Orang Tua, Adik, Kakak, Keponakan, terima kasih sudah membantu finansial keluarga kami. Terima kasih sudah berbaik hati membantu kami tanpa embel-embel kelebihan bayar, bahkan selalu support untuk kami bisa bangkit dari masa transisi ini.


Terima kasih juga untuk segala petuah dan support langsung, mohon maaf jika penerimaan kami hanya seadanya. Untuk segala nasihat yang mungkin saat kami menerimanya tidak mengenakan, semoga kami bisa menerimanya dengan penuh kelapangan. 


***


Selama perjalanan kami banyak belajar, terutama dalam mempersiapkan anak-anak untuk menjadi generasi tangguh. 


Mensounding anak Sulung supaya siap melanjutkan fase sekolah ke Sekolah Kejuruan, merupakan kali kedua memakai jurus komunikasi setelah sebelumnya mensounding anak Bungsu supaya bahagia bersekolah di Sekolah Negeri. 


Mensounding anak bungsu menjadi tantangan bagi kami, karena kedua Kakaknya bersekolah di Sekolah Swasta depan rumah.


Memutuskan perlu adanya sounding kepada anak sulung, merupakan hasil riset obrolan keseharian. Dengan prestasi yang dimiliki, teman-temannya lebih memilih melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum.


Intensnya obrolan kami membawa kesepakatan, untuk mengambil kejuruan saja. Bismillaah kita akan berjuang bersama mengejar mimpi itu. 



Tiba-tiba datang sesebapak menyambangi rumah kami. Meski bukan pengalaman pertama, karena selang waktu yang begitu lama sontak membuat kami kaget.


"Bu, anaknya tadi melempar batu ke rumah saya." terangnya.


Terdengar pembelaan anakku 


"Bukan mau melempar ke rumah, mau balas lemparan teman." belanya.


"Tuh, apalagi mau melempar orang, bisa bahaya itu. Batunya ada tiga loh" seru bapaknya.


Saking tiba-tibanya sampai tidak bisa berfikir jernih, langsung menghakimi anakku dengan pertanyaan kenapa, kenapa dan kenapa? Sambil menjelaskan kejadian sampai menitikkan air mata anakku mengakui perbuatannya.


Meski tak diketahui kebenarannya, spontan ku ucapkan mohon maaf berkali-kali atas sikap anakku.


Pembelajaran : 

Ada baiknya terlebih dahulu mendengarkan kejadian sebenarnya dari kedua belah pihak. Dari pihak si bapak dimintai keterangan kejadian sebenarnya, siapa tau ada kerugian yang disebabkan oleh si anak. Karena ngga mungkin tiba-tiba datang ke rumah kalau tidak ada kejadian yang merugikan si bapak.  (asumsi)


Penjelasan dari si anak juga perlu kita dengarkan. Jika terbukti salah, kita memberitahu bahwa perilaku tersebut salah, harus meminta maaf dan tidak boleh diulangi lagi. 


Ke depannya tidak lagi berprilaku yang sama dan lebih baik menghindar jika mendapatkan teman yang tidak baik.




 

Pak Guru gelar yang Bapak sandang ketika kapan pun dimana pun kami berpijak. Bahkan sampai detik ini, saat ku posting foto kenangan masa lalu, banyak yang mengenang almarhum Bapak sebagai Bapak Guru.


Pun denganku, sosok Bapak tak sekadar cinta pertama juga sebagai guru kedua setelah Emak. 


Bapak sebagai tokoh keagamaan otomatis menajadi orang pertama yang mengajarkanku mengaji. Masuk Sekolah Dasar, Bapak juga sering memiliki kesempatan mengajar di kelasku.


Jikalah parenting mengajarkan, mendidik anak itu untuk mempersiapkan kemandirian, ketangguhan dan kesiapan anak saat kita tiada, itu sudah Bapak lakukan. 


Dasar ilmu dunia dan akhirat Beliau yang mengajarkan, selanjutnya menitipkanku pada pondok pesantren untuk mempersiapkan aku menjalankan misi hidup yang lebih bermakna.


Saat aku kuliah selesai semester dua, Bapak menuntaskan tugasnya. Baik tugas sebagai guru dengan predikat pensiunan PNS, juga sebagai Orang tua yang sudah bisa melepaskan anak bungsu perempuan satu-satunya menjalankan kehidupan mandiri di Ibu Kota Provinsi.


Banyak hikmah yang dapat aku ambil, banyak kenangan yang terekam indah. Doaku semoga Allah SWT menempatkannya di tempat terbaik. 


Allaahummaghfirlahum warhamhum wa'afiihim wa'fu 'anhum.


Selamat Hari Guru

25 November 2024


Pernahkah kau berfikir kenapa kita sampai didetik ini?


Pernahkah kau berfikir setelah mengalami kejadian dan menyadari kalau kejadian tersebut merasa sudah dialami sebelumnya. 


Dalam hidup terkadang terjadi pengulangan dan bahkan kita dihadapkan pada situasi dan kondisi bahkan ditemukan dengan orang-orang yang hampir serupa.


Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain membawa saya pada kenyataan bahwa harus bertemu dengan orang-orang yang hampir mirip. Kemiripan baik dari segi rupa watak situasi dan kondisinya.


Lingkungan adalah salah satu faktor perubah sikap dan sifat seseorang.
Dulu saya adalah seorang yang pemberani, tegas, keras kepala, ulet. Seiring berjalannya waktu sifat-sifat itu memudar dan pada akhirnya saya harus lebih menerima seperti layaknya air mengalir. 


Adakalanya si keras kepala jika bertemu dengan yang serupa maka harus ada yang mengalah dan itu kejadian kepada saya.

Hidup hanya sementara. Saya tak bisa memaksakan kehendak diri untuk bersikukuh dengan kekerasan. Namun, ada saatnya saya pun harus membentuk kebahagiaan diri dengan cara yang mengalir. Mungkin saat ini bahagia saya melalui sikap mengalah. 
BAHAGIA kita yang ciptakan
BAHAGIA kita yang rasakan


BERBAHAGIALAH dengan penuh KESYUKURAN
Jangan menunggu BAHAGIA untuk BERSYUKUR
Tapi BERSYUKURLAH maka kita akan BAHAGIA


 

 

Aku Falqi, biasa dipanggil Kaka aktivitas pelajar Sekolah Dasar di sebuah kota kecil yang ramai dengan moda transportasi darat.


Sebelumnya aku pergi dan pulang sekolah diantar Mama, Ayah atau Kakak dengan menggunakan motor atau mobil. 


Pekan ini motornya mogok, sementara mobil dipakai Ayah untuk bekerja.


Akhirnya aku mulai belajar naik angkot dengan terlebih dulu ditemani Kakak yang sekolahnya satu arah. Tetap saja, barengan tapi harus bilang "kiri" sendiri. Itu pengalamanku pertama kali naik angkot.


Hari kedua naik angkot lagi bareng sama Kakak, pulangnya dijemput Mama. Sudah dipesan mau belajar bilang "kiri" saat mau turun. Tapi sepertinya Mama sajalah.


Hari ketiga naik angkot bareng teman bermain. Satu arah, beda kelas juga berbeda sekolah. Karena hari Sabtu Kakakku semuanya libur.


Gimana ceritanya?



Catatan November 2024 pekan kedua.



Semua kejadian adalah takdir yang telah digariskan. Begitu juga dengan kenyataan yang kadang tak sesuai dengan perencanaan.


Modal nekad bukan berarti tanpa perhitungan. Mungkin terlalu ekstrim, namun semuanya berjalan sesuai sunatullaah. Mengikuti alur perjalanan dengan berpegang pada ikhtiar.


Berdasar pada landasan suka dan bisa. Selama bisa diupayakan, kita akan usahakan. Tentu dengan keyakinan hanya Allah sebaik-baik tempat bergantung.


Semoga menjadi awal kebangkitan, menjadi sumber kebermanfaatan untuk diri, keluarga dan sekitar.


Sertai kami untuk senantiasa menghadirkan-Mu dalam setiap hembusan nafas. Menyertakan-Mu dalam setiap detak nadi.


Semoga kepasrahan kami menjadi kekuatan untuk mampu memenuhi amanah bahkan menjadikan berkali lipat untuk kebermanfaatan.


Selamat datang SIPUTIH, semoga menjadi wasilah kebaikan dalam kehidupan keluarga kecil BINAR. Melipat gandakan kebermanfaatan dalam kehidupan yang penuh kebahagiaan.



Garut, 7 Mei 2024

Sita

Enam Jam Perjalanan Yang Menyenangkan

Perjalanan bermula setelah sebelumnya mengalami drama swab yang harus dilakukan oleh adik ipar dan anak bungsu kami. Alasannya, karena baru melakukan vaksin kesatu.

Drama swab ini akan berlanjut ke perjalanan berikutnya. Hahaha

Surat swab ditangan, dilanjutkan dengan cek dan ricek tiket perjalanan. Mulai mencari tempat dimana akan menjadi ruang untuk menikmati perjalanan panjang.

Bersih dan nyaman untuk kami yang baru mengendarai moda transportasi Kereta Api. Lebaran Pasca Pandemi (3) Klik disini



Mengantar perjalanan dipandu oleh suara narator yang memperkenalkan kondektur dan menginformasikan setiap stasiun yang akan kami lewati.

Perjalanan dimulai dengan melewati padatnya kota Garut. Kemudian bergeser ke pemandangan pesawahan, perkebunan dan pemukiman penduduk yang kami lewati.

Stasion Cibatu merupakan stasiun pertama yang kami lewati. Kemudian mulai petualangan melewati jembatan terjal lingkar nagreg dan sedikit tanjakan dan belokan curam yang lumayan menguras emosi jiwa.

Sampai di Rancaekek banyak penumpang turun, berganti dengan penumpang naik yang sudah antri menunggu.

Setelah melewati beberapa stasiun kecil, akhirnya sampai di stasiun Kiaracondong. Sedikit support jantung, karena disana sedang banyak pengawalan polisi dengan berseragam buser.

Satu hal yang masih diingat adalah, melewati Masjid Al-Jabbar dalam pembangunan.

Sebelum mengetahui itu bangunan sebuah masjid, Kami sempat tebak-tebakan. Bangunan apakah itu? Terlihat seperti bukan masjid, tebakan saya itu Islamic Center.

Puncak perjalanan Bandung-Garut ada di stasiun Bandung. Artinya petualangan selanjutnya adalah melintas jalan tol menuju Purwakarta.

Masyaa Allaah wa tabarakallaah...

Perjalanan yang luar biasa, karena disini semua yang terlihat tampak kecil. Termasuk diri semakin berpasrah. Bayangkan saja jalan Ketera Api yang kecil kita lewati dengan sisi-sisi jurang, kira-kira apa yang ada dipikiran kita.

Apapun yang terjadi adalah kuasa Allah SWT, alhamdulillaah bisa terlewati. 

Pak Arif berkata : "Kita masuk Purwakarta setelah melewati terowongan."

Ternyata betul ada terowongan yang kita lewati. 

Selamat datang di stasiun Purwakarta. Kota kecil yang menyimpan banyak kenangan manis. Masuk Purwakarta seperti membuka kenangan indah perjuanga  beberapa tahun ke belakang.

Melewati setiap jengkalnya seperti sedang mereviu perjalanan masa lalu yang penuh makna. Ya, karena disini merupakan pengalaman berharga saat mengabdi kepada masyarakat sebagai tenaga nutrisionis.

Melihat marka penutup jalan Kereta terkenang saat saya membawa motor berhenti disana menunggu ular besi lewat. Melihat jalanan yang masih tanah, teringat saat bebelesekan menghindari genangan air saat hujan.

Dan saya pun tak ingin melewatkan untuk mengabadikan lewat video reels perjalanan Idul Fitri.



Lebaran kali kelima, setelah jeda dua tahun karena serangan Covid 19.

Karenanya pula kita kehilangan dua orang sekaligus. Kakak sulung dan ketiga, berpulang selang sehari tahun 2021.

Lepas musim PPKM kita bisa keluar area, saling berkunjung bersilaturahmi setelah terkukung hanya didaerah domisili.

Alhamdulillaah kehadiran hampir lengkap, hanya kurang tiga orang saja. 

Kebahagiaan yang luar biasa bisa berkumpul bersama dalam suka cita. 

Terima kasih sudah mengupayakan untuk datang, padahal tahu perjalanan menuju Garut di musim lebaran sangat tidak mudah.

Jarak yang lumayan jauh, kondisi di perjalanan macet dimana-mana. Tapi tidak menyurutkan semangat untuk hadir bertatap muka.

Semoga ditahun-tahun mendatang mendapat kemudahan segalanya dalam kondisi pas. Pas waktunya, pas ongkosnya, pas bekalnya, pas sehat lahir dan bathin.

Maafkan jika jamuannya kurang berkenan, hatur nuhun pisan perbekalannya sungguh luar biasa.

"Taqabbalallaahu minnaa wa minum shiyaamanaa wa shiyaamakum."