Featured Posts
Aku Falqi, biasa dipanggil Kaka aktivitas pelajar Sekolah Dasar di sebuah kota kecil yang ramai dengan moda transportasi darat.
Sebelumnya aku pergi dan pulang sekolah diantar Mama, Ayah atau Kakak dengan menggunakan motor atau mobil.
Pekan ini motornya mogok, sementara mobil dipakai Ayah untuk bekerja.
Akhirnya aku mulai belajar naik angkot dengan terlebih dulu ditemani Kakak yang sekolahnya satu arah. Tetap saja, barengan tapi harus bilang "kiri" sendiri. Itu pengalamanku pertama kali naik angkot.
Hari kedua naik angkot lagi bareng sama Kakak, pulangnya dijemput Mama. Sudah dipesan mau belajar bilang "kiri" saat mau turun. Tapi sepertinya Mama sajalah.
Hari ketiga naik angkot bareng teman bermain. Satu arah, beda kelas juga berbeda sekolah. Karena hari Sabtu Kakakku semuanya libur.
Gimana ceritanya?
Catatan November 2024 pekan kedua.
Semua kejadian adalah takdir yang telah digariskan. Begitu juga dengan kenyataan yang kadang tak sesuai dengan perencanaan.
Modal nekad bukan berarti tanpa perhitungan. Mungkin terlalu ekstrim, namun semuanya berjalan sesuai sunatullaah. Mengikuti alur perjalanan dengan berpegang pada ikhtiar.
Berdasar pada landasan suka dan bisa. Selama bisa diupayakan, kita akan usahakan. Tentu dengan keyakinan hanya Allah sebaik-baik tempat bergantung.
Semoga menjadi awal kebangkitan, menjadi sumber kebermanfaatan untuk diri, keluarga dan sekitar.
Sertai kami untuk senantiasa menghadirkan-Mu dalam setiap hembusan nafas. Menyertakan-Mu dalam setiap detak nadi.
Semoga kepasrahan kami menjadi kekuatan untuk mampu memenuhi amanah bahkan menjadikan berkali lipat untuk kebermanfaatan.
Selamat datang SIPUTIH, semoga menjadi wasilah kebaikan dalam kehidupan keluarga kecil BINAR. Melipat gandakan kebermanfaatan dalam kehidupan yang penuh kebahagiaan.
Garut, 7 Mei 2024
Sita
Enam Jam Perjalanan Yang Menyenangkan
Lebaran kali kelima, setelah jeda dua tahun karena serangan Covid 19.
"Taqabbalallaahu minnaa wa minum shiyaamanaa wa shiyaamakum."
Kali kedua mengikuti tantangan ini, lebih terlihat santai. Pola yang dipakai pun lebih mengedepankan logika. Tentunya hal tersebut menjadi dasar berfikir lebih luas dan terbuka.
Bonusnya mendapatkan peringkat di level lokal.
Hari ini kita mendapatkan tidak hanya satu tapi dua anugerah yang patut disyukuri. Poin 💯 untuk nilai PAS math semester 5 itu amazing.
Namun yakin itu bukanlah hasil tiba-tiba, tapi buah kerja kerasmu yang bersungguh-sungguh berproses mempersiapkan segalanya.
Lain cerita dengan angkatan pilot project kurikulum merdeka, yang sedang sibuk memilah sampai untuk project ecobrick.
Segala hal berbau sampah plastik dipilah untuk di potong kecil-kecil dijadikan bahan ecobrick.
Kedepannya bersiap-siap dengan project panen raya dengan kegiatan serupa market day.
Siswa di bagi tugas untuk memproduksi penganan yang siap dipasarkan pada pekan panen raya.
Apapun kondisinya pupuk terus semangat belajarmu dan tetap cerdas dalam mengambil hikmah.
Nikmati prosesmu, maksimalkan peranmu.
Bahagia menjalankan segala aktivitasnya adalah poin utama untuk menjemput suksesmu.
Barakallaahu fiik.
Bahagia selalu.
#abangstory
#aastory
#binarmotion
Semenjak anak masuk Sekolah Dasar Islam Terpadu tidak pernah memaksakan untuk mengikuti pengajian sore di lingkungan rumah. Mencoba menawarkan pernah, akan tetapi jawabannya mau ngaji di rumah aja bareng mamah.
Bukan tidak berkeras diri memberikan bekal ilmu agama. Namun ada sedikit rasa tanya yang menyelinap, apakah anak akan sanggup menanggung beban informasi yang begitu beruntun.
Awal memutuskan resign dari aktivitas publik. Menemukan kebiasaan yang di luar dugaan. Ya, setiap pulang sekolah anakku selalu melaporkan nilai yang dia dapatkan di sekolah. Mulanya senang-senang saja karena memang prestasi akademiknya bagus. Namun lama-kelamaan menjadi hal yang aneh di pikiran.
Tidak penah menduga dna menyalahkan orang lain, namun menelusuri kebelakang ternyata memang kebiasan sebelum kami berkumpul pertanyaan pertama yang diajukan adalah dapat nilai berapa di sekolah. Mungkin hal tersebut menjadi kebiasaan anak-anak ketika bersama dengan kami.
Sedikit mendapatkan ilmu parenting bahwa baiknya ketika pulang sekolah tidak menanyakan apapun kecuali kebahagiaan ana-anak beraktivitas di sekolah. Jadi ketika anak pulang yang Ibu lakukan itu coba perhatikan kondisi anak, jika tampak biasa saja bisa menanyakan "bagaimana nak, senang nggak tadi di sekolah?". Pertanyaan seperti ini akan memunculkan berbagai respon, bisa anak senang kemudian menceritakan apa yang memuatnya senang atau sebaliknya sedih namun tetap menceritakan kesedihannya tersebut.
Yang dilakukan sebagai orang tua adalah menunjukkan sikap empati dengan mengaminkan rasa yang di ceritakan si anak. Misal ketika bahagia "Wah, mama ikut senang kalau kakak senang" atau "Kalau kakak sedih mama jadi ikutan sedih, tapi jangan khawatir.... ".
Mencoba memperbaiki kebiasaan melaporkan nilai, maka saya yang akan mendahului bertanya. Alhamdulillaah lambat laun mulai berubah, tidak ada ketegangan ketika mendapatkan nilai yang di luar ekspektasi. Karena tidak pernah lagi ditanya mengenai nilai, terlihat lebih enjoy dengan aktivitas sekolah dengan jam belajar full day.
Kini fase tersebut sudah di lewati. Saatnya mendampingi adiknya yang dengan takdir-Nya kami masukkan ke Sekolah Dasar Negeri.
Saat kakak sekolah sang adik lebih nyaman main dengan kakaknya. Ketika kakaknya sekolah, sang adik lebih memilih bermain di rumah saja.
Kini kakaknya masuk SMP, adik masuk SD Negeri dengan jam pulang lebih cepat. Paling telat jam 11.00 WIB sudah nyampai rumah. Maka, waktu bermain dengan teman-teman yang sama-sama bersekolah di Negeri pun menjadi lebih leluasa.
Butuh penyesuaian lumayan lama, setelah menawarkan untuk ikut ngaji di lingkungan rumah. Belum mau, masih mau di rumah sama kakak. Namun berjalannya waktu, seringnya main dengan teman-teman dan puncaknya saat diperbolehkan mengikuti lomba menggambar yang di adakan madrasah ketika memperingati hari kemerdekaan. Atas takdir Allah SWT besoknya meminta untuk ikut ngaji bareng teman-temannya.
Mencoba mengikuti sunahnya, menawarkan diri untuk mengantar. Rupanya anaknya belum mau diantar. Merasa sedikit bersalah, namun mencoba memberikan ruang leluasa supaya anak nyaman terlebih dahulu. In syaa Allah untuk ijin dilakukan tanpa sepengetahuan anak.
Kini, sudah beberapa hari mengikuti pengajian. Menyiapakan iqro, buku dan alat tulis sendiri. Memilih tas bekas sekolah TK untuk membawa alat-alat tersebut. Bahkan memberikan tawaran untuk ditambah uang jajan menjadi 5 ribu sehari, dengan rincian 3 ribu bekal sekolah dan 2 ribu untuk bekal ngaji.
Bagi kami ketika bekal ada bukan masalah. Namun kebahagiaan tak terhingga ketika tidak dengan paksaan menyuruh anak untuk mengenal agama. Mungkin kami tak sekeras orang lain, namun kami mempunyai cara tersendiri supaya anak lebih memahami hakikat bukan malah merasa terpaksa dalam menjalankan kebaikan terutama untuk mengenal yang Maha Pencipta.
Semangat anakku, semoga senantiasa istiqomah dalam menjalankan kebaikan yang di ridhoi-Nya