Keranjang Apel

Leave a Comment


Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Bahan diskusi :
1. Apa konflik itu?
Konflik adalah kondisi interaksi yang tidak menyenangkan.

2. Konflik tentang apa yang sering muncul?
Konflik dengan diri sendiri, suami dan anak. 

3. Bagaimana konflik itu terjadi?
Konflik terjadi ketika kenyataan tidak sesuai harapan. Kurang bersyukur atas nikmat-Nya. Lalai akan kewajiban dan banyak menuntut hak.

4. Metode atau strategi apa yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan konflik.
Jika berhasil - ceritakan kiat-kiatnya.

*Memulai dengan memperbanyak intensitas ngobrol yang ga penting dengan pasangan
(Kalo ngobrol serius biasanya menjurus ke perdebatan, jadi dihindari dulu sampai mendapat ilmunya)
*Mengandangkan waktu khusus untuk bersama anak-anak diisi dengan jalan-jalan, bebikinan kue, mainan, dll
*Ngaji bareng baru berjalan beberapa bulan

Dari segi emosi teriakan, perdebatan, bentakan sedikit banyak berkurang.
Merasa lebih bahagia menjalani kehidupan.
Masih berproses dengan penyelesaian konflik diri.

5. Hikmah apa yang didapat dari menyelesaikan konflik?
Obrolan ringan, candaan adalah kunci pembuka penyelesaian konflik.

Membiarkan konflik tanpa komunikasi berarti menciptakan bola salju yang kian membesar.

Bahagiakan dirimu, maka sekitarmu akan berbahagia
Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik

Berbicara mengenai penyelesaian konflik. Teringat akan sebuah kado pernikahan 12 tahun silam dari seorang sahabat online kenal lewat media chat kemudian friendster dan akhirnya tersambung di facebook. Di hari pernikahan beliau mengirimkan kado lewat ekspedisi sebuah buku berjudul
"Psikologi Suami-Istri" DR. Thariqah Kamal An-Nu'aimi
Mengupas tuntas tentang pemahaman perbedaan tabi'at dan karakter laki-laki dan perempuan.

Dengan jumlah halaman 720 hanya bisa membaca sebagian-sebagian. Sudah hampir 12 tahun belum tuntas-tuntas hiks...
Sampai saat ini mind map memandu saya memperdalam manajemen emosi, qodarullooh wifi di rumah sedikit bermasalah, petualangan dengan media facebook grup, telegram dan whatsapp grup untuk bahan diskusi dan sumber belum bisa di akses dengan baik.
Akhirnya, buku ini menjadi salah satu pilihan untuk menjadi makanan utama saya minggu ini.


Mengutip dari sampul buku ini :
Psikologi suami-istri
Kalau kehidupan rumah tangga itu ada "resepnya" tentu orang tinggal membelinya dan " berbahagia". Sayangnya resep itu tidak ada dan tak pernah ada.

"Perkawinan adalah manajemen ketidak cocokan", kata Sophan Sophiaan dalam mempertahankan keharmonisan dan romantisme kehidupan perkawinannya dengan Widyawati. "Tugas kita adalah bagaimana membikin perbedaan itu menjadi menyenangkan. Kalau dibiarkan perbedaan itu akan menjadi bola salju yang terus membesar."  (Kompas, 15-9-2004)

Buku ini hakekatnya  adalah "Manajemen Ketidakcocokan" dalam perkawinan.

Berbahagialah dalam berproses...
Berbahagialah...





0 komentar:

Posting Komentar